Friday, May 25, 2007

Mobil Nyangkut di Pohon

“Pemirsa berikut ini kami tampilkan berita menghebohkan, sebuah mobil tersangkut pada sebuah pohon di depan Gedung Sate, Bandung. Masyarakat berduyun-duyun melihat fenomena aneh tersebut. Bagaimana kelanjutan brita tersebut ? ikuti brita utama selanjutnya.” Kurang lebih seperti itulah bunyi sebuah iklan di TV baru-baru ini.
Iklan tersebut cukup mengena. Salah satu buktinya percakapan ketika saya sedang berada di angkukan umum. Seorang ibu bertanya kepada penumpang lainnya, “kumaha mobil nu nyangsang dina tangkal teh ?” Artinya bagaimana mobil yang nyangkut di pohon. Kelanjutan percakapan tersebut setelah diindonesiakan.
“Nggak tahu ya. Dimana ?
“Itu di Gasibu.”
“Bener gitu ?”
Iya bener saya lihat di TV. Jawab si ibu penuh keyakinan.
Saya tertegun mendengar jawaban si ibu. Sebelum memutuskan menjawab tiba-tiba seseorang ikut nimbrung.
”Ah itu Cuma iklan bu. Iklan BRI. Mobil itu cuma rekayasa komputer.”
Percakapan di angkutan itu bukan satu-satunya yang mempercayai iklan tersebut sebagai berita. Di beberapa tempat saya menemui hal serupa. Mungkin tidak bisa dijadikan representasi masyarakat. Namun, setidaknya menunjukkan fenomena yang terjadi di masyarakat kita.
Dari sisi advertising, iklan tersebut bisa dikatakan berhasil karena bisa mempengaruhi masyarakat. Di sisi lain mengapa sebagian masyarakat mempercayai iklan itu begitu saja.
Menurut saya, setidaknya ada beberapa clue untuk menafikan iklan tersebut sebagai berita. Pertama, penulisan nama acara “Brita” bukan berita. Kedua, faktor gravitasi dan struktur bangunan atau pohon. Ketiga, jika berita tersebut benar tentu media lain juga memuatnya.
Dari fenomena di atas mungkin bisa disimpulkan tingkat kekritisan masyarakat masih rendah. Memang jika ingin tepat harus dibuat penelitian. Meliputi usia orang yang mempercayai iklan itu, tingkat pendidikannya, status ekonomi sosial dan sebagainya. Mungkin juga kepercayaan masyarakat itu hanya sebagian kecil. Mungkin juga saya yang salah terlalu membesar-besarkan suatu peristiwa. Tapi, tunggu dulu..!
Dua tahun lagi akan digelar pemilu nasional. Jika tingkat kekritisan masyarakat rendah, apa tidak mungkin partai-partai yang tidak berpihak pada kebenaran dan rakyat akan berkuasa (lagi) ?